Berdasarkan pengumuman dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali terkait atlet yang berangkat ke Hanoi, cabang olahraga tinju mendapat slot enam atlet. Padahal sejauh ini, Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Seluruh Indonesia (PP Pertina) menyiapkan tujuh nama untuk tampil dalam pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Dari sektor putra ada Kornelis Kwangu Langu (Bali) kelas 52kg, Farrand Papendang (Sulawesi Utara) kelas 63kg, Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara) kelas 69kg. Maikel Muskita (Jawa Barat) kelas 81kg, dan Sandy (Jawa Barat) kelas 91kg. Sementara untuk putri ada Novita Sinadia (DKI Jakarta) kelas 57kg dan Uswatun Hasanah (Nusa Tanggara Barat) kelas 60kg.
“Kecewa, karena hal yang sudah diputuskan sebelumnya kemudian berubah. Olahraga tinju ini jangan dilihat ketika dalam keadaan terpuruk. Tapi harus dilihat juga prestasi dan sejarah,” kata Hengky Silatang saat dihubungi Antara, Kamis.
Menurut Hengky, olahraga tinju Tanah Air memiliki sejarah panjang dan banyak menorehkan prestasi. “Banyak petinju Indonesia yang menjadi juara Asia, sekitar 20-an petinju. Jadi harus melihat juga karena secara hierarki ada kans untuk kembali ke situ (berprestasi), jadi jangan dihentikan,” ujar Hengky.
Hengky juga berpendapat bahwa olahraga individu di Indonesia memiliki potensi lebih besar untuk berprestasi.
Dengan adanya keputusan dari Kemenpora terkait jumlah atlet yang berangkat ke SEA Video games Hanoi, artinya akan ada satu nama yang terdegradasi dan tidak tampil dalam multievent yang sempat tertunda satu tahun itu.
Pertina akan mempertimbangkan dengan melihat hasil para petinju dari uji coba dalam kejuaraan di Phuket, Thailand pada 3-10 April. “Siapa yang terbaik berarti mereka yang akan berangkat ke SEA Video games Hanoi,” kata Hengky.
Meski demikian, jika mendapatkan lampu hijau dari Kemenpora, Hengky mengatakan akan tetap memberangkatkan satu atlet secara mandiri.
Baca juga: Indonesia terjunkan 476 atlet ke SEA Video games Vietnam
Kontingen Indonesia pada SEA Video games Hanoi telah diumumkan berjumlah 476 atlet dari 31 cabang olahraga. Mereka adalah yang akan diberangkatkan dengan biaya APBN sesuai dengan keputusan tim evaluation dan Kemenpora. Jumlah tersebut menurun sekitar 43,4 persen dari SEA Video games Filipina pada 2019.
Pemerintah memutuskan untuk mengurangi jumlah cabang olahraga yang akan dikirimkan ke SEA Video games 2022 karena pertimbangan keterbatasan anggaran dan tingkat prioritas.
Pada sisi lain, Sekretaris Jenderal Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Ferry J Kono mengatakan pengiriman atlet secara mandiri tidak memungkinkan karena batas akhir pendaftaran entry by identify kontingen SEA Video games Hanoi berakhir pada 31 Maret.
“Mengingat waktu (entry by identify) yang sangat terbatas dengan (pertimbangan) rekam jejak (prestasi), karena mandiri pun kami lakukan evaluation. Dari hasil evaluation di sport growth KOI kami tidak akan mengusulkan atlet yang akan bertanding secara mandiri,” kata Ferry.
“Saya tidak melihat potensi ‘nakal’ mengingat type entry by identify harus dikirimkan dengan tanda tangan Sekjen KOI,” ujar Ferry menambahkan
Sementara tinju Indonesia pada SEA Video games sebelumnya di Filipina pada 2019 membawa pulang dua perak dan empat perunggu. Perak masing-masing diraih Kornelis Kwangu Langu (46-49kg putra) dan Endang (48kg putri).
Empat petinju yang meraih perunggu adalah Farrand Papendang (60kg putra), Grece Savon Simangunsong (69kg putra), Silpa Lau Ratu (54kg putri), dan Huswatun Hasanah (60kg putri).
Baca juga: KOI tutup pintu cabang yang ingin berangkat mandiri ke SEA Video games 2022
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Irwan Suhirwandi
COPYRIGHT © ANTARA 2022