TEMPO.CO, Jakarta – Barat bereaksi skeptis terhadap proposal perdamaian Rusia-Ukraina yang diusulkan China ketika invasi Rusia ke Ukraina berumur setahun, Jumat, 24 Februari 2023. NATO bahkan mengatakan Beijing tidak memiliki banyak kredibilitas sebagai mediator.
“Setiap proposal yang dapat memajukan perdamaian adalah sesuatu yang layak dilihat. Kami melihatnya,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada jaringan televisi AS ABC dalam acara “Selamat Pagi Amerika.”
“Tapi Anda tahu ada 12 poin dalam rencana China. Jika mereka serius dengan yang pertama, kedaulatan, maka perang ini bisa berakhir besok,” katanya.
“Tiongkok telah mencoba untuk mendapatkan keduanya: di satu sisi mencoba menampilkan dirinya secara publik sebagai netral dan mencari perdamaian, sementara pada saat yang sama berbicara tentang narasi palsu Rusia tentang perang.”
Blinken menambahkan bahwa China telah memberikan bantuan tidak mematikan ke Rusia melalui perusahaannya, dan mengulangi tuduhan bahwa Beijing “sekarang mempertimbangkan bantuan mematikan.”
Berbicara kepada wartawan di Estonia, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mencatat bahwa Beijing telah menandatangani perjanjian dengan Rusia hanya beberapa hari sebelum invasi ke Ukraina setahun yang lalu.
“China tidak memiliki banyak kredibilitas karena mereka tidak dapat mengutuk invasi ilegal ke Ukraina,” katanya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan China tidak berbagi rencana perdamaian tetapi beberapa prinsip.
“Kami akan melihat prinsip-prinsipnya, tentu saja, tetapi kami akan melihatnya dengan latar belakang yang memihak China,” katanya.
Pada 24 Februari 2022, Rusia menginvasi Ukraina. China menyerukan gencatan senjata komprehensif, sebuah proposal yang ditolak Kyiv kecuali melibatkan Rusia dengan menarik pasukannya.
Beijing mendesak de-eskalasi bertahap, memperingatkan agar tidak menggunakan senjata nuklir dan mengatakan konflik tidak menguntungkan siapa pun.
Itu sebagian besar merupakan pengulangan dari kebijakan Beijing selama perang, di mana ia menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia atau menyebut intervensi Moskow sebagai “invasi” sambil mengkritik sanksi Barat. Rusia menyebut perangnya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.
Negara-negara Barat telah memperingatkan bahwa setiap langkah China untuk menjual senjata ke Rusia akan memiliki konsekuensi.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada NBC bahwa dia tidak akan mengkonfirmasi laporan media Jerman Der Spiegel yang mengatakan Rusia sedang dalam pembicaraan dengan produsen China tentang pembelian 100 drone.
“Sampai saat ini kami belum melihat China memasok bantuan mematikan ke Rusia, dan kami terus menjelaskan mengapa itu akan menjadi kesalahan besar bagi mereka,” katanya.
Pilihan editor Ini 12 Poin Usulan Perdamaian China atas Konflik Ukraina-Rusia
REUTERS