Tim penyelamat menemukan jenazah setelah kapal migran yang diduga karam dan jenazah yang diyakini sebagai pengungsi ditemukan di Cutro, pantai timur wilayah Calabria Italia, Italia, 26 Februari 2023. REUTERS/Giuseppe Pipita

Korban Tenggelamnya Kapal Imigran Menjadi 59, Termasuk 12 Anak-anak

Posted on


TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah 59 orang meninggal, termasuk 12 anak-anak, ketika sebuah kapal layar kayu yang membawa para migran ke Eropa menabrak karang di dekat pantai selatan Italia pada Minggu 26 Februari 2023. Diperkirakan jumlah korban meninggal bisa bertambah. 

Kapal yang berlayar dari Turki dan membawa orang-orang dari Afghanistan, Iran dan beberapa negara lainnya, tenggelam di lepas pantai kota Crotono Italia.

Sejumlah 81 orang selamat dari kecelakaan kapal tersebut, 20 orang dirawat di rumah sakit, termasuk satu orang dalam perawatan intensif.

Kapal itu berlayar dari Turki sekitar empat hari lalu dengan membawa penumpang sekitar 150 hingga 200 orang migran

Kapal patroli dikirim untuk mencegatnya, tetapi cuaca buruk memaksa mereka kembali ke pelabuhan, kata polisi, menambahkan bahwa pihak berwenang kemudian mengerahkan unit pencarian di sepanjang garis pantai.

Seorang bayi berusia ditemukan terdampar di pantai, kata kantor berita ANSA.

Dokter gawat darurat Laura De Paoli menggambarkan temuan anak lain yang meninggal, berusia tujuh tahun.

“Ketika kami sampai di lokasi kapal karam, kami melihat mayat mengambang di mana-mana dan kami menyelamatkan dua pria yang sedang menggendong seorang anak. Sayangnya, yang kecil sudah mati,” katanya kepada ANSA.

 Antonio Ceraso, mengatakan kepada saluran berita SkyTG24 bahwa dia telah melihat “sebuah pemandangan yang tidak ingin dilihat oleh siapa pun dalam hidupnya “.

Puing-puing dari gulet kayu, kapal layar Turki, berserakan di hamparan pantai yang luas.

Seorang penyintas ditangkap atas tuduhan perdagangan migran, kata polisi bea cukai Guardia di Finanza.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas kecelakaan tersebut, dan menyalahkan para pedagang manusia yang mendapat untung sambil menawarkan para migran “prospek palsu perjalanan yang aman”.

“Pemerintah berkomitmen untuk mencegah keberangkatan, dan dengan  terungkapnya tragedi ini, dan akan terus melakukannya, pertama-tama dengan menyerukan kerja sama maksimal dari negara keberangkatan dan asal,” katanya.

Pemerintahan Meloni mengatakan badan-badan amal penyelamat migran mendorong migran untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya ke Italia, dan terkadang bekerja dalam kemitraan dengan para penyelundup.

Badan-badan amal itu menolak kedua tuduhan tersebut.

“Menghentikan, memblokir, dan menghalangi pekerjaan LSM (organisasi non-pemerintah) hanya akan memiliki satu efek: kematian orang-orang rentan yang dibiarkan tanpa bantuan,” cuit badan penyelamat migran Spanyol Open Arms sebagai reaksi atas kapal karam hari Minggu.

Namun, pantai lepas Calabria belum dipatroli oleh kapal LSM yang beroperasi di perairan selatan Sisilia. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak mungkin mencegat para migran yang karam terlepas dari tindakan keras Meloni.

Kepala Gereja Katolik Italia, Kardinal Matteo Zuppi, menyerukan dimulainya kembali misi pencarian dan penyelamatan Uni Eropa di Mediterania, sebagai bagian dari “tanggapan struktural, bersama, dan kemanusiaan” terhadap krisis migrasi.

Seorang juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB, dengan nada yang sama, mengimbau di Twitter untuk memperkuat operasi penyelamatan di Mediterania.

Flavio Di Giacomo juga menyerukan pembukaan “saluran migrasi yang lebih teratur” ke Eropa, dan tindakan untuk mengatasi apa yang dikatakannya sebagai penyebab ganda yang mendorong orang untuk mencoba penyeberangan laut.

Sebelumnya, Minggu, Paus Fransiskus, putra migran Italia ke Argentina dan lama menjadi advokat vokal untuk hak-hak migran, mengatakan dia berdoa untuk para korban kapal karam.

Italia adalah salah satu titik pendaratan utama bagi para migran yang mencoba memasuki Eropa melalui laut, dengan banyak yang ingin melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa utara yang lebih kaya. Tapi untuk itu, mereka harus berani menempuh rute migrasi paling berbahaya di dunia.

Proyek Migran Hilang PBB telah mencatat lebih dari 20.000 kematian dan penghilangan di Mediterania tengah sejak 2014. Lebih dari 220 telah meninggal atau hilang tahun ini, menurut perkiraan.

REUTERS

Pilihan Editor: Rakyat Meksiko Protes Perombakan Lembaga Pemilu, Dinilai Membahayakan Demokrasi



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *