TEMPO.CO, Jakarta – Seorang petugas polisi dan warga sipil tewas dalam unjuk rasa berdarah di provinsi Caqueta, Kolombia, Kamis, 2 Maret 2023. Sementara itu, 79 polisi dan sembilan pekerja ladang minyak disandera oleh masyarakat desa, kata ombudsman HAM.
Kekerasaan pecah di satu bagian pedesaan di San Vicente del Caguan, di mana sebuah ladang minyak milik Emerald Vitality diserang dan api dinyalakan oleh para pemrotes, menurut kepolisian nasional Kolombia.
“Sangat disesalkan, di tengah protes ini, seorang polisi dan warga sipil tewas, sementara beberapa polisi ditahan dan lainnya terluka,” kata ombudsman Carlos Camargo dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa kantornya menawarkan mediasi.
Komunitas pedesaan dan masyarakat adat telah memblokade akses ke ladang minyak untuk menuntut perusahaan, anak perusahaan milik pemerintah China, Sinochem, membantu memperbaiki jalan di kawasan itu.
Petugas polisi dan warga sipil, yang terbunuh dalam unjuk rasa itu, tewas karena luka tembakan, kata sumber polisi, yang menambahkan para pembangkang FARC yang menolak kesepakatan damai 2016 ada di wilayah itu dan kemungkinan terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Protes-protes di wilayah tersebut menutup proyek-proyek minyak dan pertambangan di Kolombia saat komunitas-komunitas di sana mendorong perusahaan-perusahaan untuk membangun infrastruktur termasuk jalan-jalan dan sekolah-sekolah.
Reuters tidak dapat menghubungi Emerald Vitality untuk permintaan komentar.
Presiden Kolombia Gustavo Petro memerintahkan komite gabungan dari kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri Kolombia, juga pasukan bersenjata, dikirim ke wilayah itu untuk mengakhiri kekerasan.
REUTERS
Pilihan Editor: Cari Suaka, Mantan Atlet Hoki Pakistan Tewas dalam Kecelakaan Kapal di Italia